Pernyataan kontroversial Presiden AS terpilih, Donald Trump, mengenai keinginannya untuk menguasai Greenland, Terusan Panama, dan bahkan menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 Amerika Serikat, telah memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Dalam beberapa konferensi pers, Trump tidak ragu untuk menyatakan bahwa ia tidak akan menutup kemungkinan menggunakan tindakan militer atau ekonomi untuk mencapai tujuannya. Pernyataan ini menandai pendekatan baru yang agresif dalam kebijakan luar negeri AS, yang berpotensi merusak hubungan dengan negara-negara sekutu.

Greenland: Tanah Strategis

Greenland, pulau terbesar di dunia, terletak di antara AS dan Eropa, dan merupakan bagian dari Kerajaan Denmark. Pulau ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk mineral langka dan potensi untuk jalur pelayaran baru akibat mencairnya es di Arktik. Trump mengklaim bahwa Greenland sangat penting untuk keamanan nasional AS, terutama dalam menghadapi ancaman dari negara-negara seperti China dan Rusia yang semakin aktif di kawasan tersebut.

Dalam konferensi pers, Trump menyatakan, “Kita membutuhkan Greenland untuk tujuan keamanan nasional. Kita tidak akan membiarkan kapal-kapal China dan Rusia berkeliaran di sekitar kita.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa Trump melihat Greenland bukan hanya sebagai wilayah, tetapi sebagai aset strategis yang harus dikuasai untuk melindungi kepentingan AS.

Terusan Panama: Kunci Ekonomi

Selain Greenland, Trump juga mengungkapkan ketertarikan untuk menguasai Terusan Panama, yang merupakan jalur perdagangan penting yang menghubungkan Samudera Pasifik dan Karibia. Sekitar 40% pengiriman kontainer AS melewati terusan ini. Trump mengklaim bahwa terusan tersebut kini “dikelola oleh China” dan menyatakan bahwa AS perlu menguasainya untuk “keamanan ekonomi.”

Namun, klaim ini dibantah oleh pemerintah Panama, yang menegaskan bahwa terusan tersebut sepenuhnya berada di bawah kendali mereka. Menteri Luar Negeri Panama, Javier Martínez-Acha, menegaskan, “Sovereignty of our canal is not negotiable,” menekankan bahwa terusan adalah bagian dari sejarah perjuangan Panama.

Kanada: Negara Bagian ke-51?

Trump juga mengusulkan ide untuk menjadikan Kanada sebagai negara bagian ke-51 AS. Ia mengkritik pengeluaran AS untuk mendukung Kanada dan menyebut perbatasan antara kedua negara sebagai “garis yang digambar secara artifisial.” Pernyataan ini memicu reaksi keras dari pemerintah Kanada, dengan Menteri Luar Negeri Melanie Joly menegaskan bahwa Kanada adalah negara yang kuat dan tidak akan mundur menghadapi ancaman.

Reaksi Internasional

Pernyataan Trump telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemimpin dunia. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menanggapi dengan tegas, “Greenland tidak untuk dijual.” Sementara itu, para ahli hubungan internasional memperingatkan bahwa pendekatan Trump dapat merusak aliansi yang telah terjalin selama bertahun-tahun dan menciptakan ketegangan baru di kawasan.

Julie Garey, seorang profesor ilmu politik, menyatakan bahwa retorika Trump dapat memicu perubahan dalam politik domestik Kanada dan mempengaruhi hubungan dengan sekutu-sekutu Eropa. “Ini adalah pola perilaku yang mengkhawatirkan bagi sekutu-sekutu Eropa yang mulai mempertimbangkan masa depan mereka tanpa kehadiran AS,” ujarnya.

Pernyataan Trump mengenai Greenland, Terusan Panama, dan Kanada mencerminkan pendekatan baru yang agresif dalam kebijakan luar negeri AS. Meskipun banyak yang meragukan kemungkinan terwujudnya rencana tersebut, dampak dari retorika ini sudah terasa, dengan meningkatnya ketegangan antara AS dan negara-negara sekutu. Dalam konteks geopolitik yang semakin kompleks, tindakan dan pernyataan Trump dapat mengubah dinamika hubungan internasional dan mempengaruhi stabilitas global.